BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis,
kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata
itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah
rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu
dinamakan kalimat.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat
dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan
perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola
kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan
pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini membahas
mengenai pola dasar kalimat berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.
1.2 Rumusan
masalah
Adapun yang menjadi rumusan makalah ini
adalah:
1. Unsur unsur kalimat.
2. Pengertian SPOK.
3. Macam macam kalimat dan pola kalimat.
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang pola dasar kalimat bahasa Indonesia.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
pola dasar kalimat bahasa Indonesia (pengertian dan unsur-unsur kalimat).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Kalimat
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada
kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila
tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut
frasa. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
berhuruf latin kalimat dimulaidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
2.2.
Unsur-Unsur Kalimat
Dalam
menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus
ketahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa
Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek,
Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat.
1. Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah
kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara
lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut.
· Jawaban
atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan
apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang
berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
Contoh
: Siwon adalah seorang aktor dan
penyanyi.
·
Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).
Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif
misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain tidak disertai
kata itu.
Contoh :
Buku itu dibeli oleh Kimbum.
·
Didahului Kata Bahwa
Di
dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya
adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga
merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan
kata adalah atau ialah.
Contoh :
o Bahwa
pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.
· Mempunyai
Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan
pewatas.
Contoh :
Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.
· Tidak
Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada,
pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
· Berupa
Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina,
subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh : Bermain itu menyenangkan.
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di
samping subjek. Predikat berfungsi menjelaskan subjek.
Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut.
· Jawaban
atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh :
Gadis itu cantik.
· Kata
Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas
antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
Contoh :
Justin Bieber adalah penyanyi favoritku
· Dapat
Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk
predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau
predikat kata merupakan.
Contoh :
Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.
· Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina
bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Contoh :
Obama akan datang ke Indonesia.
· Unsur
Pengisi Predikat
Predikat
suatu kalimat dapat berupa:
o Kata,
misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
o Frasa,
misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia
(bilangan).
3. Objek (O)
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki
hubungan erat dengan predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan
kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur
utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif
(kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba
transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut.
· Langsung di
Belakang Predikat
Objek
hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh :
Sinta memberikan Jojo komputer baru.
· Dapat
Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur
objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai
dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Contoh :
Keju itu dimakan tikus.
· Tidak
Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului
preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
Contoh :
Dia mengirimi saya bunga mawar.
· Didahului
Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat
ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4. Pelengkap (Pel.)
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat
bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah
kedua unsur kalimat ini :
o Bersifat
wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
o Menempati
posisi di belakang predikat.
o Tidak
didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap
tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap
dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan
pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
· Di Belakang Predikat
Ciri
ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya
terdapat pada kalimat berikut.
o Diah
mengirimi saya buku baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas
berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
· Tidak
Didahului Preposisi
Seperti
objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut
keterangan.
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan
informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya,
memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan
ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa
ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap,
tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan
kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
· Bukan Unsur Utama
Berbeda
dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.
· Tidak
Terikat Posisi
Di
dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di
antara subjek dan predikat.
Contoh :
o Malam ini,
Suju akan kembali ke Korea.
o Mereka
memperhatikan materi dengan seksama.
· Terdapat Beberapa Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
o Keterangan
Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan
yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin,
besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa
frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari
Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
o Keterangan
Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
o Keterangan
Cara
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan
cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara
yang diikuti verba (kata kerja). Terakhir,
keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan
dalam.
o Keterangan
Alat
Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata
dengan yang diikuti nomina (kata benda).
o Keterangan
Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang
berupa frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau
frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.
o Keterangan
Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
o Keterangan
Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau
objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau
tanda kurang.
Contoh :
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
o Keterangan
Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek),
tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan
unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan
unsur yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat
beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur
yang diterangkan yaitu kata Marshanda.
o Keterangan
Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,
predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat
ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang
mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh
diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa,
melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP
tiga lebih.
2.3
Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat
dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan
perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola
kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan
pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam
struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa
penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan
subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke
dalam delapan tipe sebagai berikut.
1. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan
predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda,
kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o Mereka /
sedang berenang.
S P (kata kerja)
o Ayahnya /
guru SMA.
S P (kata benda)
o Gambar itu
/ bagus.
S P (kata sifat)
o Peserta
penataran ini / empat puluh orang.
S P (kata bilangan)
2. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S P O
3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.
4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.
5. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K
6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K
8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S P O Pel. K
2.4
Jenis-jenis Kalimat
Untuk dapat mengklasifikasikan kalimat, kita dapat
menggunakan berbagai kriteria atau tinjauan. Kriteria-kriteria itu
menggambarkan beberapa dikotomi pembagian.
1.
Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas
(a) kalimat tunggal, (b) kalimat bersusun, (c) kalimat majemuk.
a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari
satu klausa bebas. Kalimat tunggal sering disebut kalimat sederhana, kalimat
simpleks dan kalimat ekaklausa.
Contoh:
1)
(S) (P) (Ket)
Dia datang
dari Jakarta.
2)
(S) (P) (O)
Dunia
meratapi musibah ini.
3)
(S) (P) (O) (Ket)
Dia sedang menulis surat di kamar.
4)
(S) (P)
Kakekku masih gagah.
5)
(S) (P) (Ket)
Mereka bergembira sepanjang hari.
b) Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari
satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat. Kalimat bersusun
sering juga dinamakan kalimat majemuk bertingkat atau kalimat majemuk
subordinat. Disebut kalimat bersusun karena dapat dianggap adanya lapisan atau
tersusun, yaitu bagian utama dan bagian bawah. Disebut bertingkat karena
bagian-bagiannya memperlihatkan tingkatan yang tidak sama, ada bagian induk dan
bagian anak. Dipandang sebagai subordinasi karena bagian yang satu bergantung
dari bagian yang lain. Klausa-klausa yang membentuk kalimat bersusun
(bertingkat) ini tidak setara, ada klausa utama (Klut) dan klausa subordinat
(Klsub). Untuk menggabungkan klausa-klausa yang tidak setara itu, digunakan
konjungsi subordinatif seperti; kalau, ketika, meskipun, atau karena.
Contoh:
1)
( Klut ) (
Klsub )
Dia tidak mencuci motor karena hari hujan.
2)
( Klut )
( Klsub )
Kalau Husna pergi, Andik pun akan pergi.
3)
( Klut ) ( Klsub )
Shoffi membaca komik, ketika ayah tidur.
4)
( Klut ) ( Klsub )
Meskipun dilarang oleh Shoffi, Nana akan pergi juga.
5)
( Klut ) (
Klsub )
Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.
c) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari beberapa klausa
bebas. Kalimat majemuk sering pula disebut kalimat setara. Karena klausa-klausa
yang membentuknya memiliki status yang sama, setara atau sederajat.
Klausa-klausa yang setara dalam kalimat majemuk dihubungkan dengan konjungsi
koordinatif, seperti; dan, atau, tetapi, lalu. Contoh:
1) ( Kl
bebas) ( Kl bebas) ( Kl bebas)
Rini melirik, Rahmat tersenyum dan Tini tertawa.
2)
( Kl bebas)
( Kl bebas)
Dia membuka pintu, lalu mempersilakan kami masuk.
3) ( Kl
bebas) ( Kl bebas)
Dia datang dan duduk di sebelah saya.
2.
Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Klausa
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan
atas kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Kedua jenis kalimat ini
dijelaskan sebagai berikut.
a) Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung
klausa lengkap. Terdiri atas unsur subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap
memiliki klausa lengkap, yaitu sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat,
disebut juga kalimat mayor.
Contoh:
1)
( S )
( P )
Negara Indonesia berdasarkan pancasila.
2)
( S )
( Ket )
( P )
Bapak menteri besok pagi akan ke Jepang.
3)
( S )
( P )
( Ket )
Kakeknya petani kaya di kampung itu.
b) Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang terdiri
atas klausa yang tidak lengkap. Terdiri dari hanya subjek, hanya predikat atau
objek. Kalimat ini disebut juga kalimat minor. Contoh: Astaga!
3.
Jenis Kalimat Berdasarkan Amanat yang Dikandungnya
Berdasarkan amanat yang dikandungnya, kalimat
dibedakan atas, kalimat deklaratif, kalimat introgatif, kalimat imperative,
kalimat aditif, kalimat responsif, dan kalimat interjektif.
a) Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif
yang dalam ragam tulisan diberi tanda titik pada akhir konstruksi. Amanat yang
dikandungnya berupa pemberitaan atau pernyataan.
Contoh:
1) Gaji
pegawai negeri tidak dinaikkan.
2) Hampir
setiap hari mahasiswa berdemonstrasi.
b) Kalimat Introgatif
Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif
yang dalam ragam tulisan diberi tanda tanya (?) pada akhir konstruksi. Selain
itu, ditandai pula oleh partikel tanda tanya seperti –kah, atau, kata tanya
seperti; apa, mengapa, bagaimana. Amanat yang dikandungnya berupa pertanyaan
atau keingian memperoleh jawaban.
Contoh:
1) Apa
yang Anda harapkan dari saya?
2)
Mengapa rakyat Indonesia semakin miskin?
c) Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang
dalam ragam tulisan diberi tanda seru (!) pada akhir konstruksi. Kalimat
imperatif ditandai pula oleh partikel –lah atau kata-kata seperti hendaklah,
jangan. Amanat yang dikandungnya berupa perintah atau keinginan agar orang
melakukan apa yang dikehendaki pembaca atau pembicara.
Contoh:
1) Jangan
perhatikan ucapannya!
2)
Bacalah buku itu!
3)
Berikan surat ini kepadanya!
d) Kalimat
Aditif
Kalimat aditif adalah kalimat yang memberikan keterangan tambahan pada
kalimat pernyataan, dapat lengkap dapat pula tidak lengkap.
Contoh:
1) Sudah
bulan Agustus, pemasukan juga tidak ada.
2) Hanya
belum punya uang.
e) Kalimat Responsif
Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang
berhubungan dengan pernyataan yang mendahuluinya, dapat lengkap, dapat tidak
lengkap. Kalimat responsif biasanya juga disebut kalimat jawaban atau kalimat
tambahan.
Contoh:
1) Ya!
2) Tadi
pagi!
3) Bagus!
f) Kalimat Interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat seruan yang mengungkapkan perasaan,
dapat lengkap, dapat tidak lengkap. Seruan ada dua macam yaitu (1) yang terjadi
dari klausa lengkap ditandai oleh partikel seperti: mudah-mudahan, alangkah dan
(2) yang seperti: aduh, wah, amboi.
Contoh:
1) Wah,
ini baru kejutan!
2) Amboi,
cantiknya!
4.
Jenis Kalimat Berdasarkan Pembentuknya dari Klausa Inti dan Perubahannya
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan
perubahannya, kalimat dibedakan atas; kalimat inti dan kalimat bukan inti.
a) Kalimat Inti (Kalimat Dasar)
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari
klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif, netral. Dalam bahasa
Indonesia dikenal kalimat inti atau kalimat dasar dengan pola struktur sebagai
berikur: (Kategori kata diseragamkan dalam bentuk frasa).
Contoh:
1) FN +
FV
(S) +
(p)
: Ibu/ datang.//
2) FN +
FV + FN
(S) +
(P) + (O) : Ayah/ merapikan/ rak buku.//
3) FN +
FN
(S) +
(P)
: Ibu/ pegawai negeri.//
4) FN +
Fnum
(S) +
(P) : Uangnya/ tiga juta.//
5) FN +
Fprep
(S) +
(P)
: Kekasihnya/ di desa.//
b) Kalimat Bukan Inti
Kalimat bukan inti adalah kalimat yang terbentuk
dengan pengubahan pola kalimat inti melalui proses seperti: pemasifan,
pengingkaran, penanyaan, penambahan, pemerintahan, penginversian dan pelesapan.
Contoh:
1) Komik
dibaca oleh Dini. (Transformasi
pemasifan dari kalimat inti “Dini
membaca komik.”)
2) Apakah
Dini membaca komik? (Transformasi
penanyaan dari kalimat inti
“Dini
membaca komik.”)
5.
Jenis Kalimat Berdasarkan Jenis Klausa
Berdasarkan jenis klausa pembentuknya, kalimat
dibedakan atas: kalimat verbal dan kalimat nonverbal
a) Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari
klausa verbal atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah klausa verbal. Dapat
berupa kalimat verbl transitif, intransitif, aktif, pasif.
Contoh:
1) Ibu
menulis surat. (Kalimat verbal
transitif)
2) Nina
berdandan di kamar. ( Kalimat verbal
intransitif)
3) Surat
ditulis Ibu (Kalimat verbal pasif).
b) Kalimat Nonverbal
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh
klausa nonverbal sebagai konstituen dasarnya. Dapat berupa kalimat nonverbal
nominal, adjectival, numeralia dan sebagainya.
Contoh:
1)
Kakekku pelaut. (Kalimat nonverbal nominal)
2)
Adiknya cantik sekali. (Kalimat
nonverbal adjektival)
3)
Tabungannya lima juta. (Kalimat
nonverbal numeralia)
6. Jenis
Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk
paragraf, kalimat dibedakan atas: kalimat bebas dan kalimat terikat.
a) Kalimat Bebas
Kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran
lengkap atau kalimat yang dapat memulai sebuah paragraf wacana tanpa konteks
lain dari penjelasan.
b) Kalimat Terikat
Kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai
ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan salah satu tanda
ketergantungan (keterkaitan) seperti penanda perangkaian, penunjukan, anaforis.
Contoh dari kalimat bebas dan kalimat terikat:
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1).
Jangankan ikannya, telurnyapun sangat sukar diperoleh (2). Kalaupun bisa
diperoleh, harganya melambung (3).
Kalimat (1) adalah kalimat bebas,Kalimat (2) dan (3)
adalah kalimat terikat.
2.5
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau
penulis secara tepat sehingga maksud dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca
secara tepat. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)
yang tepat, tidak mengalami kontaminasi
frasa, sesuai ketentuan EYD, baik
pemakaian tanda baca dan penulisan kata. Selain itu, menurut Marliana (2014)
kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan, yaitu adanya (1)
kesatuan, (2) kepaduan, (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6)
kelogisan.
1. Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya
ide pokok (subjek dan predikat) sebagai kalimat yang jelas. Contoh:
a) Bagi
yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
(salah)
K P
b)
Yang tidak berkepentingan dilarang
masuk. (benar)
S P
2. Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah
kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga
menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
a) Kepada
setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai
subjek/ subjeknya tidak jelas). (salah)
b) Setiap
pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah
jelas). (benar)
3. Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang
sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika
unsur pertama menggunakan verba (kata kerja)
dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata
benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh:
a) Kami
telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan
membuat tali air. (salah)
b) Kami
telah merencanakan membangun pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan desa, dan
membuat tali air. (benar)
4. Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu
kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:
a)
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang.
(salah)
b)
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang.
(benar)
5. Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok
kata. Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat
kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Conto:
a) Hanya
ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
b) Hanya
ini yang dapat saya berikan.(benar)
6. Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat
yang logis atau masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat
tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua
pengertian. Contoh:
a) Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.
b) Heri
kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
2.6
Beberapa Kesalahan dalam Kalimat
Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat,
diantaranya: (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan unsur subjek dan
predikat dalam kalimat, dan (3) gejala pleonasme dalam kalimat.
1. Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah
kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu
sifatnya khas. Dikatakan khas karena
adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari dua kalimat yang
benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas. Contoh:
Melalui kursus ini diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan. (salah)
2. Ketidakjelasan
Unsur Subjek dan
Predikat dalam Kalimat
Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur subjek dan tidak memiliki unsur
predikat akan membuat ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti
objek, keterangan dan Pelengkap. Contoh:
a) Di
antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan
biaya bersama. (tidak jelas unsur subjek)
b) Ayah
ke kantor jam tujuh pagi.(tidak ada unsur predikat)
c) Ayah
pergi ke kantor jam tujuh pagi. (ada unsur predikat)
3. Gejala Pleonasme dalam Kalimat
Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata
atau bahasa yang berlebihan. Contoh:
a) Para
tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (salah)
b) Para
tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)
c)
Tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi
pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat
berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.
3.2
Saran
Saya menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak
lagi referensi-referensi mengenai jenis-jenis kalimat selain makalah ini. Ini
dikarenakan oleh keterbatasan saya dalam mencari referensi-referensi dalam
penyusunan makalah ini.
3.3
Daftar Pustaka
Alwi Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Dola Abdullah. 2010. Tataran Sintaksis dalam
Gramatika Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Kridalaksana Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi
Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya Kualitatif:
Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya
Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan
Keterbacaannya. Tesis pada Program
Pascasarjana UPI Bandung.